Cerita Kuang Heng: Sang Otodidak
Tuesday, May 26, 2009
Pada zaman kerajaan Xi Han, ada seorang guru besar yang sangat pintar, namanya Kuang Heng. Ia dibesarkan dalam keluarga yang sangat sederhana.
Orangtuanya tidak sanggup membelikan buku untuk ia belajar;lebih lagi, tidak juga sanggup menyekolahkan anaknya. Tetapi sejak kecil Kuang Heng suka sekali membaca buku. Pendapatnya, "Walaupun aku tidak mampu pergi ke sekolah dan tidak bisa mendengarkan guru mengajar, aku bisa belajar secara mandiri. Aku harus belajar lebih tekun supaya sama pintar dengan anak-anak yang memiliki kesempatan pergi ke sekolah. Kalau bisa aku harus lebih pintar dari mereka. Aku pasti bisa !"
Semangatnya yang besar untuk belajar dan mentalnya yang tidak menunggu apa yang belum dimiliki, tetapi memaksimalkan apa yang ada, itulah yang menolongnya berhasil mencapai cita-citanya.
Tekadnya untuk belajar secara mandiri atau otodidak sangatlah besar.Keadaan ekonomi yang sangat sederhana membuatnya harus membantu orangtua bekerja guna menyambung hidup. Tiap hari ia bekerja keras membanting tulang membantu orangtuanya. Tidak punya uang membeli buku masih bisa diatasi dengan meminjam, tetapi celaka kalau tidak punya waktu untuk membaca buku. Ia tidak sampai hati untuk berkata kepada orangtuanya bahwa ia ingin belajar sehingga tidak perlu bekerja membantu orangtua.
Ia terus berpikir untuk menemukan cara terbaik agar bisa membantu orangtua bekerja, tetapi tetap punya waktu untuk membaca buku.Karena itu, pada waktu pagi hari sebelum pergi bekerja, ia membaca buku yang dipinjamnya dari orang lain atau perpustakaan. Pada siang hari, ia membaca buku dengan menggunakan waktu istirahat siang. Dan, pada malam hari ia menggunakan sisa-sisa kekuatan sepanjang hari itu untuk membaca buku.
Yang bisa diteladani darinya adalah cara dan semangatnya untuk bisa membaca buku pada malam hari. Karena ekonomi keluarga yang sangat sederhana, orangtuanya tidak mampu membeli minyak. Namun, ia memiliki akal bagaimana supaya rumahnya ada sedikit cahaya lampu. Waktu itu rumah Kuang Heng berdinding kayu dan ia tahu dibalik dinding belakang rumahnya adalah ruang kerja tetangganya dimana lampunya menyala sampai jauh malam. Karena itu, ia berpikir bagaimana bisa membaca buku dengan memanfaatkan terang dari rumah tetangga. Ia sering berkata kepada dirinya sendiri, "Seandainya bulan selalu purnama dan terang-benderang aku pasti pasti bisa membaca buku walau dirumah tidak ada lampu, tetapi sayangnya terang bulan tiu cuma beberapa hari. Karena itu jika aku bisa memanfaatkan terang lampu tetangga, suatu saat aku bisa jadi orang pintar karena bisa membaca banyak buku."
Karena ia terus berpikir demikian, suatu hari dia menemukan cara, yakni meminjam terang tetangga untuk membaca buku. Ia mendapat akal yang di kemudian hari tetangga itu pun tidak marah kepadanya. Ia melubangi dinding pembatas rumahnya dan rumah tetangga sebesar selongsongan bambu. Lalu ia menaruh selongsongan bambu di lubang tersebut. Dengan demikian terang lampu tetangga bisa masuk seperti sebuah senter. Dengan terang inilah ia mulai mengejar impiannya; menjadi orang pintar dengan membaca banyak buku walau tidak sempat bersekolah.
Setiap malam sepulang membantu ayah dan ibunya bekerja, ia bersemangat untuk membaca buku melalui "senter" buatannya itu. Selama lampu tetangga tidak padam,ia tidak ingin menghentikan kesukaannyamembaca buku. Jika lampu sudah padam, baru ia tidur. Lama kelamaan ia sudah membaca banyak sekali buku. Pengetahuannya pun luas sekali. Orang yang berpendidikan tinggi saat itu pun sering ditemuinya untuk berdiskusi. Para orang pintar itu pun mendapati bahwa kualitas seorang Kuang Heng ternyata sangat tinggi, bahkan banyak diatara mereka mengakui bahwa pengetahuan Kuang Heng jauh lebih luas daripada mereka.
Orang-orang pintar saat itu mengagumi sikap Kuang Heng yang tidak menunggu sampai fasilitas lampu ada dirumahnya, tetapi dengan cara yang bijak ia bisa mendapat sedikit terang. Dan, sedikit terang itu ia manfaatkan semaksimal mungkin untuk membaca banyak buku. Di kemudian hari Kuang Heng menjadi seorang ahli pikir dan ahli pendidikan termasyhur pada zamannya. Sehingga, akhirnya ia bekerja sebagai seorang guru besar yang membantu rakyat dalam meningkatkan pengetahuannya.Zao bi tuo guang yang arti sederhananya adalah meminjam terang tetangga, akhirnya menjadi kata idiom yang terkenal di China untuk menggambarkan orang sederhana yang bisa menggapai sukses dengan fasilitas seadanya. Idiom ini juga untuk menggambarkan seseorang yang punya semangat besar sekali untuk meningkatkan pengetahuan.
0 comments:
Post a Comment