Cara memanfaatkan Intimidasi Positif dan Menghindari Kerja Keras oleh Dave Johnson
Thursday, June 18, 2009
Siapapun yang bilang bahwa setiap orang harus bekerja keras bila ingin sukses, itu benar. Namun bagaimanapun juga, sebetulnya dia tidak seratus persen benar. Kerja keras itu sendiri hanya membuat orang agak sukses. Bagi yang tahu bahwa kerja keras hanya merupakan salah satu bagian penting dari kesuksesan itu sendiri, pasti bisa lebih sukses dari yang dibayangkan. Orang yang tahu dan terampil menggunakan intimidasi positif sebagai partner setianya dalam meraih kesuksesan, bisa menghindari kerja keras. Artinya, dia bisa meraih kesuksesan, dan bisa menghindari kerja keras. Dia bisa meraih kesuksesan tanpa pemborosan energi dan dana, yang sebetulnya bisa dihemat seefisien mungkin. Dan tentu saja hasilnya, bisa dimanfaatkan untuk meraih target berikutnya.
Suatu contoh sederhana adalah saya sendiri. Dulu saya adalah wakil direktur sebuah perusahaan yang menangani grosir. Saya bekrja 69 jam perminggu, tujuh hari setiap minggunya. Tentu saja hal ini sangat mengganggu kehidupan pribadi saya. Saya tidak pernah punya waktu luang untuk isteri dan ketiga anak saya yang lagi lucu-lucunya tumbuh dan berkembang.
Untung saja isteri saya bisa mengerti keadaan ini. Kalau tidak, bisa runyam semua. Sebab, setiap pulang ke rumah, saya pasti langsung mandi, tiduran dan langsung pulas begitu mencium bantal saking penatnya. Esoknya, sesuai jadwal, sehabiis makan pagi, saya pun terus ke kantor lagi. Begitu seterusnya, tanpa hari libur, tanpa waktu senggang buat keluarga. Saya bagai orang asing bagi anak-anak saya sendiri. Dan sungguh menyakitkan ketika suatu kali Ria yang baru dua tahun itu, menangis dan menjerit-jerit sewaktu saya gendong sepulang dari kerja. Saya begitu kangen, eh dianya ketakutan seperti layaknya digendong orang yang belum pernah di kenalnya. Apa mau dikata, salah saya juga, tidak pernah punya waktu untuk bercanda dan lebih saling mengenal mereka, anak-anak saya. Saya pikir, toh hidup saya tidak dua kali lebih baik, dengan cara kerja saya yang tidak kenal waktu ini.
Pada akhirnya saya sadar, bahwa kerja keras melulu tidak seratus persen menjamin bahwa orang tersebut bakal sukses dan sejahtera. Setidaknya, tidak buat saya. Saya jadi berfikir, pasti ada faktor lain yang membuat orang bisa sukses dan sejahtera. Lalu saya buka mata saya lebar-lebar dan saya baca semua buku yang menyediakan informasi yang saya perlukan. Bukan itu saja, saya juga rajin menganalisa setiap teknik dan taktik yang kebetulan saya jumpai. Saya lalu mengetahui, bahwa meskipun kerja keras itu merupakan faktor penting dalam meraih kesuksesan, ternyata ada faktor lain yang lebih penting. Yakni dengan menggunakan INTIMIDASI POSITIF secara lebih efektif dan efesien, ketimbang sekedar kerja keras melulu. Seperti pepatah Jerman, sebetulnya kita ini lebih cepat menjadi tua, ketimbang menjadi pintar.
Cara kerja yang efektif dan efesien, meliputi beberapa faktor penting. Biasanya orang punya cita-cita besar, rencana besar, tetapi ada sesuatu yang terlewatkan. Yakni memanfaatkan intimidasi positif secara lebih efektif dan efisien.
Satu contoh lagi adalah Joko, seorang sales yang pernah membuat saya berdecak kagum. Suatu siang, sehabis makan siang bersama, seseorang telah menunggu Joko di ruang pamer. Melihat situasi demikian, respon Joko adalah mendekati orang tersebut, yang tengah mengamati satu set kursi tamu model terbaru. Tanpa promosi yang panjang lebar, lagi pula dalam beberapa menit saja, orang itu telah digiringnya kekantornya untuk menandatangani transaksi jual beli. Saya jadi melongo. Cepat benar dia mencetak transaksi, dengan komisi yang tidak kecil pula.
Dari hasil pengamatan, analisa saya mengatakan bahwa semua ini bisa saja dilakukannya dengan mudah, lantaran Joko punya kapasitas tersendiri dalam menjual, yang didukung dengan sikap profesionalnya dalam humas. Dia mendekati calon konsumen dengan intimidasi positif dalam setiap tutur katanya.
Tapi saya belum puas dengan analisa pengamatan saya sendiri. Saya tidak bisa menahan rasa ingin tahu saya, dan menanyakannya langsung kepadanya. Katanya, selagi dia mendekati calon konsumennya, dia sudah bisa merasakan bahwa orang itu pasti bakal beli. Jadi dia tinggal menutupnya saja dengan pertanyaan final: "Citra rasa anda cukup tinggi. Kami menyediakan dua warna pilihan. Merah jambu romantis dan kuning matahari yang berani." Dia tidak lagi berceloteh tanpa guna ketika dia merasa bahwa orang itu telah memutuskan untuk membeli. Dengan langkah mantap, dibimbingnya konsumen tadi untuk menyetujui transaksi tersebut.
Suara Joko tidak pernah mengekspresikan keraguan. Selalu yakin, penuh kekuatan dan percaya diri. Suara yang demikianlah yang dibutuhkan calon konsumen, untuk memutuskan apakah dia jadi membeli atau tidak. Kalau jadi, membeli yang ini atau yang itu, dan seterusnya. Sebetulnya pembeli itu butuh bimbingan, pengarahan dan jaminan rasa aman bawa keputusan yang dibuatnya adalah benar dan menguntungkan , dan bukan sebaliknya. Jauh di lubuk hati,pembeli adalah orang yang ingin berkonsultasi, minta pendapat anda. Jadi asal tahu caranya saja, transaksi itu mudah dibuat.
0 comments:
Post a Comment