Inspirasi Tanpa Kata: Belajar Pada Sebuah Batu

Tuesday, July 14, 2009


Seorang pelajar dari Rajasthan gagal pada ujian sekolah lanjutannya. Tahun depannya dia ikut lagi, dan masih saja gagal. Setelah gagal tiga kali, tahun berikutnya dia sangat malu terhadap keadaannya, sehingga dia meninggalkan rumah. Tak mampu menampakkan mukanya kepada keluarganya.

Dia hanya terus berjalan tanpa tujuan. Setelah lama berjalan, dia berhenti pada sebuah sumur, dengan maksud ingin menghilangkan dahaga. Wanita dan anak-anak berkumpul di sekelilingnya. Mereka mengisi tempayan-tempayan secara bergiliran. Di sana dia menangkap suatu tanda. Tanda kecil yang sangat berharga. Dia benar-benar tergerak, dan hausnya telah hilang. Dia sangat heran, ketika dia berpikir bahwa dirinya telah menemukan sesuatu yang jauh lebih besar, dibandingkan air yang mulanya dia cari. Apa yang terjadi sangatlah sederhana. Orang-orang kampung yang mendatangi sumur mengambil air. Biasanya mereka membawa dua tempayan, yang terbuat dari tanah. Mereka akan meletakkan satu tempayan, di atas sebuah batu dekat sumur. Sementara yang satunya diikat dengan tali, dan di turunkan ke dalam sumur untuk mengambil air. Kekagumannya, bagian batu yang menjadi tempat tempayan tergesek, dan ada lubang di sana. Pikirnya, tempayan terbuat dari tanah, namun ketika diletakkan di atas tempat yang sama berulang-ulang, akan mengikis batu, benda yang lebih keras dari tanah. Benda yang kuat kalah dengan tanah, hanya melalui perbuatan yang berulang-ulang. "Kemudian, mengapa aku tidak berhasil dalam ujian jika aku begitu sabar? Aku yakin dapat mengatasi rintangan-rintangan, dengan usaha yang lebih besar dalam pelajaran-pelajaran," pikirnya dalam hati berapi-api.

Pemikiran seperti itu, mendorongnya menuju pemberhentian bus. Segera ia putuskan untuk pulang dan mulai bekerja keras untuk belajar sekali lagi. Tahun berikutnya, dia ikut untuk keempat kalinya dalam ujian sekolah lanjutan. Mengagumkan sekali, kali ini hasilnya berbalikan dengan yang sebelumnya. Dia mengerjakan jawabannya sangat bagus, sehingga dia mendapat nilai tertinggi di kelas. Setelah gagal tiga kali, dia akhirnya mengenal dirinya.

Pelajaran dari batu itu bekerja seperti mukjizat, dan ini telah mengubah seluruh hidupnya. Pelajar yang mulanya lari dari rumah, karena tak dapat menerima kegagalan, telah datang untuk menjadi yang nomor satu dalam semua ujian yang dia ambil. Ketika mendapat nilai tertinggi pada tes magisternya, dia memperoleh beasiswa untuk belajar ke luar negeri, mengambil program doktoralnya dari lembaga donatur pendidikan.

Mungkin, ini satu-satunya kejadian di desa terpencil. Namun, sebenarnya di setiap tempat ada sebuah "batu" yang menunjukkan kekurangan, dan kegagalan seseorang. Batu yang dapat mengajari seseorang, suatu pelajaran yang membuatnya menerima pesan-pesan yang di bawa. Hanya dengan mau melihat "batu" seperti itulah, permasalahan yang tepat depat kita temukan.





0 comments:

Post a Comment

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP