Keindahan Adalah Modal Yang Besar: A Best Free Inspiration
Saturday, July 25, 2009
Lord William Wintock, gubernur Inggris di India (1828-1835), diingat sebagai orang yang memerintahkan penghancuran Taj Mahal di Agra, suatu perintah, yang untungnya tak pernah bisa dilakukan. Diceritakan, pada abad pergantian raja muda, sebuah perusahaan India Timur, Lord Curzon, sedang melalui waktu-waktu yang sangat berat. Kesulitan itu dijelaskan Lord Curzon, sehingga mendorong Gubernur Lord Winock untuk berpikiran, bahwa penjualan Taj Mahal yang bisa mencapai harga 100.000 rupee-cukup untuk membebaskan perusahaan dari krisis keuangannya.
Berita tentang niat perusahaan beredar santer. Ada perlawanan keras terhadap gerakan seperti itu. Ini membuat Lorc Winock marah. Sehingga ia melangkah lebih jauh, bukan cuma menjual Taj Mahal, namun mengeluarkan perintah penghancuran penuh terhadap Taj Mahal. Perlawanan terhadap perintah kerajaan meningkat. Hindu dan Islam turut serta dalam satu suara protes bersama. Bahaya berupa pemberontakan dalam skala penuh, sebagai akibat penolakan terhadap penghancuran Taj Mahal mendorong penasihat gubernur jenderal, membujuk Lord Winock untuk mencabut perintahnya.
Komentar kontemporer tentang hal itu, "orang-orang tak menyelamatkan Taj Mahal. Ia selamat oleh keindahannya sendiri. Andai Taj Mahal tidak indah, ia tak akan mendapatkan dukungan menyeluruh seperti itu. Orang Hindu dan Islam tidak akan bersatu di belakangnya, untuk menggagalkan rencana pemerintah Inggris."
Andai pembangun Taj Mahal, dapat membuat sendiri keindahan yang mereka buat begitu sempurna, dalam karya bangunan mereka (seperti Taj Mahal), mereka juga akan dilindungi oleh kualitas mereka sendiri. Karena kebajikan dalam suatu hal, mendapat dorongan penciptanya. Begitu juga kebajikan pada manusia, mempunyai akibat yang sama. Memperoleh teman dari sarang musuh. Penghargaan dari orang tak dikenal. Suatu bakat yang baik, merupakan modal terbesar, yang dapat dimiliki seseorang-yang dengannya, dukungan dari segala penjuru akan datang.
Kebaikan Taj Mahal terletak pada keindahannya. Sedangkan keindahan orang terletak pada bakat yang baik. Tapi keindahan orang, seharusnya tidak seperti ular, penampilan yang indah, rusak karena adanya gigitan beracun. Bagaimana orang "menggigit?" Yaitu dengan mencampuri kepentingan politik dan ekonomi orang lain, sering mengorbankan orang lain. Ketika berhubungan dengan orang lain, mereka selalu mengambil hak orang lain itu tanpa perasaan. Kebaikan-kebaikan yang seharusnya dimiliki seseorang, hilang karena sebuah "gigitan" seperti itu. Gigitan itu pun menghalangi seseorang mendengarkan cinta dari orang lain.
Seperti itulah. Keindahan terpendam Taj Mahal telah menarik hati banyak orang. Siapa pun akan punya waktu untuknya. Sama halnya kita, bila keindahan yang kita miliki, niscaya orang akan memeperlakukan kita seperti Taj Mahal.
0 comments:
Post a Comment