Bukan Penjual Pulau; Tetapi Penjual Matahari Dari Dieng

Saturday, September 12, 2009




Pemandangan matahari terbit dari sebuah bukit tertinggi di kawasan dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah, sungguh menakjubkan. Dari cekungan Dieng, yang dikitari bukit-bukit, gunung-gunung seperti Sindoro, Sumbing, lalu di agak kejauhan Merapi, Merbabu, Ungaran, langit yang di ambang memerah memperjelas bentuk bumi yang bulat seperti bola. Bandingan pemandangan ini barangkali bisa Anda temui di planetarium, atau juga lewat film seperti Close Encounter serta film-film tiga dimensi mengenai alam semesta. Dieng menyajikan fantasi semesta itu secara lebih real, alami, dengan hawa dingin pagi hari yang menyengat kulit, menusuk sampai ke tulang.

Sebagai daerah wisata, dataran tinggi Dieng atau Dieng Plateau yang terletak sekitar 55 km timur laut kota Banjarnegara bagi turis asing barangkali tujuan wisata kedua di Jawa Tengah setelah Borobudur. Betapa pun, tak terlalu banyak wisatawan asing yang memilih bermalam di Dieng. Mungkin itu disebabkan fasilitas yang terbilang minim, misalnya penginapan. Di Dieng hanya ada beberapa losmen, dengan masing-masing losmen menyediakan sekitar 10 kamar.

Hanya mereka yang gemar sedikit petualangan bersedia tinggal di Dieng. Dan semenjak kawasan Dieng yang terletak lebih dari 2000 meter di atas permukaan laut ini membentang luas, dengan jalan berkelok di antara bukit-bukit, ladang-ladang sayur-mayur seperti kentang, wortel, carica, untuk mudahnya memang diperlukan pemandu di situ. Di antara sebagian besar penduduk Dieng yang umumnya memilih jadi petani, untuk urusan para turis petualang ada nama yang tak asing di Dieng, yaitu Han--begitu ia biasa di panggil.

Han--masih tergolong belia (20 tahun)--bisa menjadi contoh sebuah pribadi yang mencoba mencari hidup di tengah dunia pariwisata. Selebihnya, ia seorang remaja gunung yang bekerja keras, sementara remaja seusianya di kota-kota besar barangkali masih disuapi mama, tawuran, atau membuat panik orangtua karena obat terlarang.

KREATIF
Di buku di mana para turis yang yang menginap di Dieng Plateau Home Stay menuliskan kesannya, kebanyakan kesan yang dicoretkan adalah tentang matahari terbit atau sunrise dan Han. Tulisan itu dari berbagai macam bahasa, Inggris, Belanda, Jerman, Perancis, dan lain-lain.

"Buku ini sebenarnya diberi seorang turis. Dia bilang, supaya tamu-tamu menulis kesannya di sini, dan saya tidak boleh menghilangkan buku ini," kata Han.

Nama lengkapnya adalah Subhan Sofwan, keluaran sekolah menengah. Subhan yang berasal dari Wonosobo (26 km di bawah dataran tinggi Dieng) mengaku pertama kali datang ke Dieng sekitar dua tahun lalu (1994), karena tertarik dengan para turis asing. Ia ingin kenal, ingin dekat, sambil mempraktekkan kemampuan berbahasa Inggris.

Begitulah setiap saat ia bergentayangan di Dieng, sebelum akhirnya ia ditampung di penginapan dan restoran Dieng Plateau Home Stay, milik pemuda bernama Cholik.

"Saya di sini bantu-bantu apa saja, memasak, melayani tamu, dan saya mendapat makanan dan tempat tidur," cerita Subhan.

Subhan cukup kreatif. Ia bercerita pernah tinggal di Jakarta beberapa bulan dan menjalani pekerjaan, di antaranya di sebuah restoran fast food. Dari situ ia belajar mengenai masakan. Kembali ke daerahnya di Wonosobo, kemudian ke Dieng. Ia menerapkan kemampuannya memasak itu dengan menu-menu seperti nasi goreng, kentang goreng, omelet dan lain-lain.

"Menu ini saya yang membuat," kata Subhan sambil menunjukkan daftar menu yang dibikinnya, ditulis dalam bahsa Inggris seperti french fries, mushroom omelet, pancake, dan lain-lain.

MENJUAL MATAHARI
"Proyek" Subhan yang paling berhasil adalah "paket wisata" melihat matahari terbit. Itu berawal dari pergaulannya tiap saat dengan para turis asing, membikinkan makanan untuk mereka, Subhan mengantar mereka menjelajahi kawasan dataran tinggi itu. Lama kelamaan terpikirlah dia untuk membisniskan kegiatannya.

"Saya di beri uang, lalu saya pikir saya bisa mencari uang dengan kegiatan ini," katanya.

Ia membuat pengumuman di penginapan Dieng Plateau Home Stay: "Dieng Plateau Tour. The tour begins at 4 AM and last about 5 hours. A beautiful sunrise with view of Mt. Sindoro, Sumbing, Merbabu, Merapi, Ungaran..........(Wisata Dieng. Mulai pukul empat pagi dan akan berlangsung selama sekitar lima jam. Keelokan matahari terbit, dengan pemandangan Gunung Sindoro, Sumbing, ........dan seterusnya).

Paket wisata Subhan memang dimulai sangat pagi, ketika Dieng masih berembun. Pada bulan sekitar Agustus-September--masa paling dingin di Dieng--embun-embun di dedaunan berubah menjadi butiran-butiran es.

Pukul 03.00 pagi Subhan bangun, menyiapkan diri dan menyiapkan minum untuk para tamunya. Menjelang pukul 04.00, ia ketuk pintu-pintu kamar, membangunkan para tamu. Siaplah tur jalan kaki mendaki bukit-bukit untuk melihat matahari terbit.

Bersambung................................






0 comments:

Post a Comment

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP