Melewati Rintangan Menuju Bintang oleh Maulana Wahiddin Khan
Tuesday, June 23, 2009
Menurut Ian Nash, ilmuwan Inggris yang menghabisakan waktunya 11 tahun di Jepang untuk membuat penelitian mendetail tentang bahasa dan bangsa, hal yang paling mengguncang orang Jepang bukanlah pergolakan politik tetapi gempa bumi Kanto yang dahsyat (1 September 1923) yang menewaskan seluruh penduduk bagian Timur Jepang. Masalah lain yang muncul adalah kehancuran dua kota besar Jepang (Hiroshima dan Nagasaki) menjadi pegunungan membara sebagai akibat dijatuhkannya bom atom. Ini menyebabkan kekalahan total Jepang pada Perang Dunia II tahun 1945.
Orang mungkin membayangkan bahwa negara manapun yang sudah dimatikan seperti hembusan yang menghancurkan tidak akan pernah bisa bangkit kembali dari kehancurannya. Tetapi itu jauh dari kenyataan, bagi Jepang, tidak hanya telah memulihkan dirinya sendiri, bahakan sekarang menunjukkan sebagai negara yang paling kuat dalam hal perdagangan dan industri dunia. Jepang telah menjadi sebuah tempat kegiatan teknologi yang besar, disamping telah menempatkan dirinya pada dunia industri jauh setelah Inggris, Eropa dan Amerika. Yang lebih penting dicatat, Jepang tidak memiliki sumber daya alam sebagaimana dimiliki oleh negara-negara industri yang lebih dulu maju sebagai harta terpendam pada tanah mereka sendiri--yang hanya menunggu untuk digali.
Dalam kehidupan seseorang, hal yang paling penting adalah kemauan untuk berbuat. Andai orang Jepang menyerah kepada rasa kehilangan dan putus asa, dan membuang energi dalam proses politik, negeri mereka akan bernasib malang menjadi menurun dan runtuh. Tetapi, seperti yang terjadi, mereka mengatasi semua perasaan sebagai korban sebagaimana telah mereka alami. Mereka kemudian merancang ulang pembangunan kehidupan bangsa mereka dengan sebuah kemauan dan jalan. Walaupun beberapa gempa bumi mengakibatkan mereka mati dan binasa, mereka telah menjadikan hal itu sebagai pendorong untuk membangun kehidupan mereka yang baru.
Keadaan yang tak kenal kasihan tersebut mendorong seseorang mempunyai kemauan, semua potensi dan kemampuan terpendamnya terbawa keluar. Orang dapat berpikir lebih baik, merencanakan lebih berhasil, dan membuat usaha yang lebih besar agar rencananya membuahkan hasil. Orang yang kurang mempunyai kemauan untuk meningkatkan hidupnya seperti orang menaiki motor yang tida bergerak kemana-mana.
Pengalaman juga telah menunjukkan bahwa kepuasan dan rasa senang dapat menjadi faktor perusak yang lebih besar pada perkembangan manusia daripada pembinasaan dan keputusasaan. Yang demikian bukan berarti bahwa kemalangan itu sendiri lantas menguntungkan.Bukan ! Adlah sederhana, sesungguhnya percikan api semangatlah yang menyalakan mesin jiwa manusia dan mengarahkannya pada hal-hal yang lebih besar. Pada inisiatifnya, hal itu merupakan yang utamadan ia merupakan kekuatan yang tanpa kompromi mendorong seseorang untuk terus ke depan. Dalam wajah kemalangan, kekuatan tersembunyi muncul ke muka, dan dengan kekuatan itu adalah mungkin bagi siapa saja untuk menggapai keluhuran yang sesungguhnya, bukan sekedar impian. Tapi yang pertama dan utama harus ada kemauan untuk melakukannya. Harus ada kemauan untuk berhenti berkubang dalam menyesali diri sendiri dan untuk bangun dan mengambil tindakan.
Itu tidaklah kemudahan, tetapi usaha, bukan fasilitas tapi kesulitan yang membuat manusia menjadi dirinya.
0 comments:
Post a Comment