Showing posts with label Muhammad Iqbal. Show all posts
Showing posts with label Muhammad Iqbal. Show all posts

Free Muhamad Iqbal Inspiration Poetry: Fase Pendidikan Pribadi

Monday, September 14, 2009




1. KETAATAN

Bijak dan kerja keras adalah sifat unta
Sabar dan tegar itu jalan hidup unta
Langkah lembut menapak di padang pasir
Dialah kapal bagi para pengarung samudera pasir
Semak belukar mengenal jejak langkahnya
Dialah makhluk yang jarang makan, tidurnya sedikit
Dan biasanya bekerja keras
Dibawanya beban di punggung
Berlari dan berlari hingga sampai ke tujuan
Langkahnya selalu gembira ria
Unta hewan yang sabar, lebih sabar dari si penunggangnya
Engkau juga kawan, jangan kau tolak tugas kewajiban
Agar dapat kau hidup di sisi Tuhan
Hai, orang ceroboh, taat dan patuhlah
Kemerdekaan adalah hasil dari paksaan
Karena ketaatan membuat orang rendah menjadi terhormat
Oleh karena keras kepala apinya jadi abu lagi
Siapa yang hendak menguasai matahari dan bintang
Jadikan dia tawanan hukum
Angin terpesona oleh wangi bunga
Wewangian sempurna di antara muskus
Bintang melesat ke tujuannya
Dengan kepala tertunduk kepada hukum
Rumput tumbuh karena taat pada hukum tetumbuhan
Jika tak dipedulikan hukum itu, maka rumput pun mati terinjak
Selalu terbakar adalah hukum bunga tulip
Dan darah semburat dari batangnya
Karena hukum kesatuan setitik air jadi laut
Dan segenggam pasir menjelma gurun sahara
Karena hukum segalanya jadi kuat
Tapi mengapa kau abaikan kekuatan itu?
Wahai kau yang lepas dari hukuman Islam
Hias kakimu dengan langkah agama

2.PENGUASAAN DIRI

Ruhmu semata membutuhkan dirimu sendiri bagai unta
Sebab unta yakin pada dirinya sendiri, mengatur dirinya
Dan kuat kehendaknya
Jadilah jantan, pegang talinya dalam tanganmu
Agar kau jadi mutiara meskipun kau tempayan
Bagi dia yang tak sanggup mengatur dirinya sendiri
Maka dia hanya jadi budak orang lain
Jika mereka bentuk dirimu dari lempung
Maka cinta dan ketakutan campur aduk dalam kejadianmu
Engkau akan jadi takut kepada dunia ini
Takut pada masa depan
Takut pada mati
Takut dan nestapa terhadap derita di bumi dan langit;
Cinta harta dan kekuasaan, cinta tanah air
Cinta pada diri serta sanak keluarga
Itulah campuran sempurna lempung dan air
Tapi bagi dia yang berlumur dosa matinya celaka
Peganglah selalu kalimat "Tiada Tuhan Selain Allah"
Maka akan kau pecah setiap lembah ketakutan
Pada sesiapa tuhan bagai jiwa bagi raganya
Kepalanya tak tunduk pada segala kesombongan
Tak ada takut dan cemas dalam dadanya
Hatinya tak pernah gentar selain kepada Allah semata
Siapa saja yang bersemayam dalam iman muslim
Bebas dari ikatan istri dan anak
Tiada yang lebih ditakjubkannya selain Allah
Dan Ibrahim pun melekatkan belati ke leher Ismail putranya
Sendiri, tapi dia bagai prajurit di medan laga
Di matanya kehidupan ini lebih murah dari sehelai baju
Iman adalah kepahnya, sembahyang itu mutiaranya
Hati muslim menganggap setiap shalat adalah umroh
Di tangan muslim shalat seumpama pisau tajam
Untuk membunuh dosa, kebekuan hati serta segala noda
Sedang puasa untuk menyerang lapar dan dahaga
Dan menghancurkan benteng nafsu angkara
Pergi haji memberi cahaya bagi pikiran beriman
Diajarkan kita meninggalkan rumah
Melupakan sebentar tanah air sendiri
Itulah namanya amal kebaktian
Di mana semua bangsa bersatu padu
Diikat lembar kitab agama
Zakat mengajar yang kaya jadi dermawan
Melunaskan rasa kebersamaan
Dikuatkannya hati pada laku kebajikan
Dilipatgandakan kekayaan
Mengurangi sikap cinta harta benda
Semua ini adalah jalan memperkuat dirimu
Kau jadi kokoh
Andai Islammu kuat
Capailah sifat qawi-Nya
Agar dapat kau tunggang unta jisinmu sendiri!

3.PERWAKILAN PRIBADI

Jika engkau dapat kuasai untamu, niscaya dunia kau kuasai
Dikepalamu akan berkilau singgasana Sulaiman
Dirimu akan jadi cemerlang dunia, selama dunia ini masih berkembang
Alangkah nikmatnya jadi kalifah Ilahi di bumi ini
Segala unsur tunduk tekun padamu!
Niyabat-i-Ilahi adalah bagai jiwa alam semesta
Ujudnya jadi bayangan Nama Yang Terluhur
Diketahuinya segala rahasia hingga yang sekecil-kecilnya
Dikerjakannya perintah Tuhannya
Jika didirikannya kemah di alam luas ini
Maka di gulungnya permadani zaman yang lama
Kecakapannya penuh sinar kehidupan
Dan ingin mewujudkan dirinya
Dia akan menciptakan dunia lain yang baru
Dunia-dunia kecil dengan kelengkapannya di atas bumi ini
Bermekaran bagai mawar dari benih khayalnya
Dijadikannya setiap alam yang kasar berubah kemurnian
Dipindahkannya patung-patung dari rumah suci
Sentuhannya menggetarkan dawai kalbu jadi musik merdu
Bangun dan tidurnya demi Allah semata
Diajarkannya kepada yang dewasa lagu muda belia
Dan ditaburkannya cahaya bahagia
Kepada umat manusia
Serta digemakannya amanat gembira dan peringatan
Dia datang seperti seorang prajurit
Seperti seorang jenderal ataupun pangeran gagah perkasa
Dialah sebab terakhir dari Allah
Yang mengajarkannya tiap nama benda
Dialah tabir rahasia dari Maha Besar Tuhan
Musa yang diperkukuh dengan tongkatnya
Ilmunya berpasangan dengan kodrat manusia unggul
Langkahnya gagah perkasa mengeringkan Laut Merah
Dipimpinnya Bani Israil dari Mesir kuno
"Bangkitlah!" pekiknya
Lalu mereka yang mati rohani bangkit bagai pohon tusam
Kepribadiannya jadi pembebasan dunia
Karena sifat luhurnya dunia pun terhindar dari bencana
Bayangannya jadi payung dari terik matahari
Ujudnya yang padu memberi nilai bagi segala yang ada
Jejak langkahnya jadi pandangan yang luas
Betapa Musa terpesona oleh gunung Sinainya
Diberinya tafsir baru bagi kehidupan tentang mimpi itu
Ujudnya terpendam seperti musik yang tak terdengar
Dari dawai kecapi hidup ini adalah rahasia kehidupan
Alam bekerja keras dalam darah generasi
Yang menciptakan kepatuhan indah pribadinya
Apabila setumpuk abu kita mencapai puncak kejayaan
Maka Sang Unggul akan menjelma dari abu itu!
Baringlah kau di atas debu kekinian
Nyala api yang menerangi masa depan
Putik kita akan menumbuhkan tamansari bunga mawar
Mata terang berkilau oleh fajar esok
Datang engkau, wahai penunggang kuda takdir!
Datang kau, wajah cahaya dalam gelap gulita perubahan!
Terangi kegembiraan penciptaan
Menyalalah dalam kegelapan mata kami!
Redam hiruk pikuk bangsa-bangsa
Penuhi telinga kami dengan nyanyianmu
Bangkitlah dan kumandangkan kecapi persaudaraan dunia
Serahkan kembali piala anggur cinta
Gambar lagi zaman perdamaian bagi mereka yang gemar berjuang
Umat manusia adalah ladang dan kaulah pemanennya
Kaulah arah tuju kafilah kehidupan

Daun-daunnya berterbangan diamuk musim gugur
Ah, lintasi taman kami bagai musim semi
Terimalah alis mata kami yang menunduk ini
Jika engkau hadir kami kembali mengangkat kepala
Suka citalah menggeluti nyala yang membakar dunia ini.

Baca selengkapnya.....

Alam Semesta Dan Kekuatan Pribadi: Muhammad Iqbal Free Inspiration Poetry

Sunday, September 13, 2009




Segala bentuk peristiwa adalah akibat dari sang Pribadi
Apapun yang engkau saksikan itu semata sebab rahasia Pribadi
Apabila kePribadian bangkit mengatasi kesadaran
Diwujudkannya dunia ide dan pikiran sejati
Ratusan alam melingkup dalam intisarinya
Mewujudkan dirimu melahirkan yang bukan pribadimu
Kepribadian menyemaikan bibit kehendak di atas dunia
Pertama dia anggap dirinya itu bukan dirinya
Dari dirinya dilahirkannya berjenis bentuk lain
Agar menambah warna-warni kenikmatan perjuangan
Dia lemaskan tangannya
Agar dia menyadari tenaganya
Tipu daya terhadap diri sendiri adalah saripati kehidupan
Bagaikan bunga mawar sang pribadi hidup bermandikan darahnya sendiri
Demi sekuntum mawar dimusnahkannya ratusan taman mawar
Dan dikatakannya bahwa ratusan keluh-kesah hendak mencari sebuah lagu
Untuk satu langit diciptakannya ratusan putri bulan
Dan bagi satu lafadz ratusan makna kata
Maaf bagi kelimpahan himmah dan kebengisan ini
Keduanyalah yang membentuk dan menyempurnakan keindahan rohani
Kecantikan Shirin menyatakan kegelisahan Farhad
Semerbak wangi kembang jeruk mengundang harum muskus
Nasib sang agas mencampakkan dirinya ke dalam nyala pelita
Derita sang agas dinyatakan oleh cinta
Pensil Sang Pribadi melukis ratusan kekinian
Agar menjelma ajar masa depan
Nyalanya membakar ratusan Ibrahim
Agar berkilauan lampu seorang Muhammad
Subyek,obyek, cara, sebab-musabab
Seluruhnya ada bagi tujuan amal
Sang pribadi bangkit, menyala, jatuh, cemerlang, dan bernafas
Membakar, menyinar, berjalan dan lari terpental
Meluaskan ruang waktunya
Dan keabadian semakin melunasi ujudnya
Dia tidur beralaskan tikar ilalang
Malamku lebih panas dari sebuah pagi di padang Mahsyar
Dialah awan berarak bulan April dan akulah tamannya
Pohon anggurku diselimuti hujan
Kusemaikan mataku di padang cinta
Dan aku nikmati buahnya yang dahsyat
Hingga tanah Madinah paling indah tiada duanya
Ah, berbahagialah kota yang dimukimi oleh Yang Tercinta
Tenggelam aku menakjubi gaya bahasa Maulana Jami
Sajak dan prosanya menjadi obat bagi masa mudaku
Bertebaran dari tangannya sajak cinta indah memikat
Dan dirangkainya kalung mutiara seolah memuja Mustafa
Muhammad adalah pendahulu alam semesta
Seluruh dunia berbakti kepadanya sebagai tuan mereka
Pancaran kaifayat dari anggur cinta yang sejati
Dan sifat cinta adalah patuh sepatuh-patuhnya
Seperti orang suci dari Bistam yang amat taat
Yang selalu berpuasa dari makanan lezat
Wahai sang asyik, berbaktilah engkau kepada Muhammad
Agar engkau dapat menangkap Tuhan
Bersemayamlah sekejap di Hira kalbumu
Tinggalkan dirimu dan hijrah kepada Tuhan
Setelah engkau mendapat kuasa-Nya kembalilah lagi kepada dirimu
Hancurkan kepala berhala Lat dan Uzza
Himpunlah bala serdadu dengan kekuatan Cinta
Ujudkan pribadimu di Bukit Faran Cinta
Agar Tuhan dari Ka'bah melimpahkan anugerah-Nya bagimu
Dan terbukalah makna ayat: Inni ja'ilun--
Sesungguhnya akan kuciptakan kalifah-Ku di muka bumi.

Baca selengkapnya.....

Muhammad Iqbal Free Inspiration Poetry: DO'A

Thursday, September 03, 2009



Wahai Kau ruh alam semesta
Kau jiwa kami dan Kau senantiasa menjauh dari kami
Kau tiupkan irama dalam suling kehidupan
Hidup ini cemburu kepada mati
Jika mati kami yang duka
Bersemayamlah Engkau dalam lubuk hati ini
Sering kami mengeluh takdir
Perkuatlah cinta kami yang lemah
Kau begitu tinggi
Jangan sembunyikan wajahMu dari tangan kami yang hampa
Karuniakan kami dengan cinta Salman dan Bilal
Nyalakan mata kami dan lepaskan kantuk darinya
Berilah kami fitrah air perak!
Jadikanlah jasad kami ini setangguh gunung bercahaya api
Bakarlah dengan api kami segala yang bukan Tuhan

Apabila umat mencampakkan kunci tauhid
Mereka pecah berantakan
Bagai bintang di cakrawala kami berpencaran
Dengan cinta kasih satukan kami kembali
Bimbinglah kami menghikmati Kamu
Tugaskanlah mereka yang cinta kepada Mu
Kami hanya musafir. Berikan kami kebaktian menempuh tujuan
Seperti Engkau kepada Ibrahim, berilah kami iman yang teguh
Ajarkan kami lagi makna La ilaha
Bisikkan ke telinga kami illa'llah!

Aku yang menyala seperti damar bagi manusia lain
Ajari diriku untuk menangis lagi
Ya Allah! Air matamu yang menerangi kalbu
Aku dipenuhi gairah oleh duka nestapa yang menelan kedamaianku
Aku semaikan dalam taman
Agar kelak bibitku tumbuh menjadi api
Yang akan membakar tanda api dari jubah bunga nan elok
Kalbu bersama malam kemarin
Mataku bersama hari esok
Aku sendiri di antara kawan-kawanku
Walau setiap orang yang berkhayal adalah sahabatku
Tapi citaku tak terpengaruh oleh mereka
Ah, dunia yang luas. Dimanakah sahabatku?
Aku adalah api menyala di puncak Sinai
: DIMANAKAH MUSAKU?
Aku seorang zalim, ya Allah
Banyak kesalahan yang aku lakukan
Aku telah menyalakan bara dalam dada
Nyala yang menerangi alat pertimbangan

Wahai wajahMu yang memberi cahaya kepada bintang
Aku bagai bunga di tengah padang
Di tengah keramaian aku sendiri
Kumohon karuniaMu sebagai kawan
Agar dapat aku berkeluh kepada jiwanya
Dan melihat kembali wajahku dalam kalbunya.






Baca selengkapnya.....

Free Inspiration Poetry: RAHASIA PRIBADI oleh Muhammad Iqbal

Wednesday, July 29, 2009



Kala matahari memancar cerah ke alam semesta
Tercurah ke dalam malam bagai maling
Air mataku mengembun pada wajah mawar
Tangisku menyentak kantuk dari bunga nargis
Gairahku membangunkan rerumputan yang bertumbuhan kian tinggi
Tukang kebun mengajar aku mengalunkan lagu kekuasaan
Disemaikannya sebuah sajak serta dipanennya sebilah pedang
Di dalam tanah hanya bibit airmataku yang dia tanam
Dan dia tuntun keluh kesahku bersama taman bagai benang dan alat tenun

Meskipun aku hanya debu, namun sinar mentari adalah milikku:
Dari cakrawala dadaku ini terbit ratusan fajar
Debuku paling kemilau dari kilau piala Jamsid
Yang mengetahui segala peristiwa sebelum sampai ke dunia ini
Namun harapku terus memburu, dan di plana kudaku
Tergantung seekor kijang
Yang masih terkurung dalam kubah fenomena
Keelokan tamanku meski belum hijau kemilau daunnya
Telah dipenuhi kuntum mawar, mekar tersembunyi di antara lipatan baju
Maka aku jadikan para penyanyi diam membisu bila mereka duduk bersama
Aku getarkan senar kalbu mereka yang tengah menyimak diriku
Karena gitar ajaibku mengalirkan irama paling murni:
Namun bagi kawanku senandung iramaku itu teramat asing

Aku lahir ke dunia ini sebagai matahari baru
Aku tak tahu jalan dan gaya angkasa
Dan bintang-bintang tak ingin lari
Mereka berlesatan di hadapan diriku
Padahal air perakku belum berkilau
Dan sinarku yang menari-nari itu belum pula menjamah samudera
Pun warnaku yang merah tua belum pula menyaput gunung-gunung
Karena mata kejadian belum mengenal aku
Maka aku belum dapat berdiri setegaknya,
kebimbangan menggoyangku
Dari ufuk timur fajar bagiku tiba mengedari malam
Embun kemilau bersemayam di wajah mawar dunia
Aku menunggu kebangkitan yang asyik-masyuk atas sinar fajar
Ah, betapa gembira mereka yang hendak memuja apiku!
Tapi aku tak menghendaki telinga zaman sekarang
Akulah suara penyair dari dunia masa depan
Karena zamanku tak pernah memahami maksudku
Yusufku bukan sarana bagi pasar ini
Putus harapanku dengan kawan-kawan lama
Gunung Sinaiku menyala bagi Musa masa depan

Samudera mereka diam tenang seperti embun
Tapi embunku gelisah laksana badai topan
Laguku dari semesta yang lain bukan seperti senandung mereka
Gentaku ini memanggil musafir yang lain, ayo kawan, ikut tamasya
Berapa banyak penyair setelah ajalnya membuka mata
Sedangkan kita terkatub selamanya setelah mati
Dan terus ngembara dalam keniscayaan
Bila menguntum atas kuburnya
Meskipun para kafilah melintas di padang pasir ini
Langkah mereka demikian lembut bagai unta menapak
Tapi aku adalah seorang pencinta: imanku bergaung melambai
Tepuk gempita Hari Pertimbangan masuk kekasihku
Laguku melampau jarak dari bunyi dawai musikku
Namun aku tak takut gitarku pecah berantakan
Bagi titik air lebih baik tak mengenal arusku yang menggelombang
Apabila dia menggila menjelma laut mabuk kepayang
Tak ada lagi yang melingkup teluk Persia
Air bahku minta laut demi laut melingkupnya
Apabila putik bunga tak bermekaran jadi taman mawar
Tak patut dia tumbuh dari limpahan awan gemawanku yang mengandung hujan
Kilat demi kilat bersemayam dalam jiwaku
Kusapu gunung dan padang
Terimalah kilatku jika kau gunung Sinai
Telah dianugerahkan pada diriku kehidupan abadi

Akulah murid dari kegaiban hidup sejati
Bahkan sebutir abu pun akan hidup oleh nyala api laguku
Dia lepaskan sayapnya, maka dia menjelma kunang-kunang
Tak seorang pun pernah membisikkan rahasia yang kuceritakan ini
Atau mengumpulkan mutu di atas mutu gagasan seperti ini
Kemarilah, jika engkau ingin mengetahui rahasia kehidupan abadi
Kemarilah, jika engkau ingin langit dan bumi
Guruku yang purba dari langit telah memberi ilmunya pada diriku
Tak dapat kurahasiakn dia dari kawan-kawanku
Wahai Saqi, penuang anggur! Tuangkan anggur dalam piala
Hapuskan desakan waktu dari hatiku!
Anggur kemilau mengalir dari pusat kesucian zamzam
Andaikan dia seorang pengemis, namun raja akan menghormati dirinya
Dijadikannya perasaan semakin bijaksana dan sederhana
Dijadikannya mata yang tajam agar semakin awas memandang
Dijadikannya ilalang seberat gunung
Dan dianugerahkannya tenaga singa jantan pada seekot kancil
Karenanya pula maka abu terbang hingga ke bintang surya
Dan setitik air menjelma samudera luas
Didengungkannya kesunyian jadi gemuruh hari pertimbangan
O, Saqi! Tuangkan anggur murni ke dalam pialaku!
Tuangkan sinar El Qomar dalam kegelapan malam anganku
Biar kubimbing si pengembara pulang ke rumahnya
Akan kuhiasi sang pelamun dengan kegelisahan pencarian demi pencarian
Agar dia menjadi terkenal sebagai seorang pembaru
Dan mata mereka yang buram akan bening berkilatan
Dan bagai irama merdu yang bertenggelaman ke dalam telinga dunia
Meluhurkan kembali ketinggian syair
Dan curahan airmataku menyegarkan rumput-rumput kerontang
Jalaluddin Rumi Sang Sufi Sejati telah mengilhami diriku
Maka aku kembali membaca buku tertutup yang diliputi hikmah
Dan kepenuhan rahasia itu
Jiwanya adalah sumber api berkobaran
Sedang aku cuma bara kekaguman yang menyala jadi api

Yang terbakar oleh pelitanya, aku si agas itu
Anggurnya memenuhi pialaku
Rumi mengubah tanahku jadi emas permata
Lalu merias abuku dengan Keindahan

Dan butir pasir ini berasal dari gurun
Dia datang untuk mendapatkan sinat berkilauan matahari
Akulah gelombang yang menyatu dengan lautnya
Kujadikan mutiara milikku penuh kilau
Anggur lagunya membuat diriku mabuk kepayang
Dan kuhidupi diriku dari nafas kata-kata

Malam
Hatiku nyaris tenggelam dalam pusaran keluh kesah
Kesunyian ditingkah oleh tangisku kepada Ilahi
Aku ratapi derita sengsara dunia ini
Dan aku merana tatkala pialaku telah kosong
Akhirnya kantuk memperdayaku, aku tak kuasa lagi, akupun tertidur
Maka, aku bermimpi sang guru yang datang dari ufuk Hakikat

Dia yang menulis masnawi dari Persia
Berkata: " Wahai, sang pencinta mesra, minum seteguk anggur Cinta
Dengungkan dawai kalbumu
Benamkan kepala dipinggir piala ini
Jadikan tawamu sumber segala keresahan
Jadikan hati manusia berdasar dari air matamu!
Akan berapa lama lagi engkau berdiam diri seperti putik bunga?
Pancarkan aroma wangimu seperti mawar!
Jika lidahmu terikat engkau akan menderita
Lemparkan dirimu ke dalam api laksana damar!
Bagai genta membahana pecahkan kesunyian ini
Dan dari seluruh bagian tubuhmu wujudkan pribadimu
Kaulah api!
Ramaikan dunia ini dengan nyalamu
Kobarkan yang lain dengan cahayamu
Hidupkan kembali rahasia Sang Penjual Anggur

Kau adalah gelora anggur dan piala kristal jubahmu
Mari, pecahkan cermin ketakutan
Pecahkan botol dan buli-buli di pasar
Seperti peniup buluh perindu, tiup pesanmu dengan serulingmu itu
Layangkan kabar kekasih untuk Majnun dari Laila
Ciptakan irama baru bagi lagumu

Meriahkan pesta raja dengan alun suaramu
Bangkitlah!
Hidupkan kembali seluruh ruh yang hidup
Bangkitlah!
Dan bergegas dengan langkah-langkah berjiwa
Berjalan tegak lalu arahkan langkahmu ke jalan yang lain
Enyahkan segala kemesraan romantika lama
Karibkan dirimu dengan kenikmatan bersenandung
Wahai genta kafilah gemakan suaramu!"

Dari rangkaian kata yang mengalir ini dadaku terang bercahaya
Perasaanku dipenuhi keharuan bersama tiupan seruling
Bangkitlah!
Aku bagaikan irama musik dari dawai-dawai kecapi
Yang menghadirkan taman firdausi bagi tiap telinga
Dan kusingkap tabir rahasia pribadi ini
Yang maujud dalam kesejatian hikmah

Aku adalah sebentuk arca belum sempurna
Tak jelas ujudku, tak bernilai tak pula punya mutu
Namun Cinta memahat pribadiku: Aku jadi manusia
Hingga akhirnya aku koyak tabir rahasia kehidupan
Dan aku menyuling rahasia tata hidup ini dalam laboratorium Penjadian
Aku serahkan keindahan kepada malam seperti bulan
yang asalnya adalah titik debu yang berbakti kepada dinul-Islam
Iman menghampar di lembah dan ngarai
Iman menyalakan api nyanyi tak surut
Disemaikannya sebutir zarrah dan dipungutnya matahari
Dipetiknya ratusan penyair seperti Rumi dan Attar
Akulah kecemasan: Aku akan menjulang ke langit raya!

Akulah nafas, tapi aku percik api
Dari keluhuran Cinta
Penaku menulis rahasia seluruh misteri ini
Hingga setitik air menjelma samudera
Dan sebutir pasir menjelma gurun Sahara
Bukan sekedar bersajak saja masnawiku ini
Semata memuja keindahan dan berkasih-kasihan, bukan itu tujuanku
Sebab aku muslim! Bahasa Persia bukan bahasa ibuku

Aku cuma seperti bulan sabit: pialaku tak penuh
Tak akan kau temukan pesona gaya dalam diriku
Jangan kau cari Khansar dan Isfahan pada diriku
Meskipun bahasa Urdu semanis madu
Namun lebih manis bahasa Persia
Ruhku takjub akan keindahannya
Penaku jadi sebatang ranting dalam hutan terbakar
Oleh keluhuran cita-citaku
Hanya bahasa Persia layak baginya
Pembaca, jangan cari kesalahan pada piala anggur
Tapi temukan cita rasa anggur dalam piala itu.

Baca selengkapnya.....

Pesan Kepada Bangsa Timur: Puisi Inspirasi Muhammad Iqbal

Sunday, July 19, 2009




Bangunlah kerajaan cinta di tempatmu berdiam
Ciptakan nama baru
Fajar dan malam kemilau
Tenunlah kta-katamu
Jika Tuhan melimpahimu sahabat alam
Dari kesenyapan mawar dan teratai
Jangan pinta karunia dari si tukang gelas Magribi
Buatlah sendiri piala dan kendimu dari tanah lempungmu

Lagukan bagai buah anggur di tangkainya
Buatlah minuman darinya
Jalan hidupku bagai fakir
Tapi aku tak berkeluh
Jangan jual pribadimu sambil mengenakan pakaian pengemis

Lihatlah! Wahai pengatur matahari dan bulan
Semurah debu dalam gairahnya takjub terpesona
Melahirkan gurun pasir maha luas
Telah kau tanamkan cinta dalam hati manusia
Bara api kau lontarkan ke rumput ilalang
Tapi lihat betapa aroma manusia menggetarkan api
Dan menegakkan langit baru
Sebuah atom tak punya arti untuk membangun sebuah alam baru

Baca selengkapnya.....

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP