Showing posts with label Pribadi. Show all posts
Showing posts with label Pribadi. Show all posts

Alam Semesta Dan Kekuatan Pribadi: Muhammad Iqbal Free Inspiration Poetry

Sunday, September 13, 2009




Segala bentuk peristiwa adalah akibat dari sang Pribadi
Apapun yang engkau saksikan itu semata sebab rahasia Pribadi
Apabila kePribadian bangkit mengatasi kesadaran
Diwujudkannya dunia ide dan pikiran sejati
Ratusan alam melingkup dalam intisarinya
Mewujudkan dirimu melahirkan yang bukan pribadimu
Kepribadian menyemaikan bibit kehendak di atas dunia
Pertama dia anggap dirinya itu bukan dirinya
Dari dirinya dilahirkannya berjenis bentuk lain
Agar menambah warna-warni kenikmatan perjuangan
Dia lemaskan tangannya
Agar dia menyadari tenaganya
Tipu daya terhadap diri sendiri adalah saripati kehidupan
Bagaikan bunga mawar sang pribadi hidup bermandikan darahnya sendiri
Demi sekuntum mawar dimusnahkannya ratusan taman mawar
Dan dikatakannya bahwa ratusan keluh-kesah hendak mencari sebuah lagu
Untuk satu langit diciptakannya ratusan putri bulan
Dan bagi satu lafadz ratusan makna kata
Maaf bagi kelimpahan himmah dan kebengisan ini
Keduanyalah yang membentuk dan menyempurnakan keindahan rohani
Kecantikan Shirin menyatakan kegelisahan Farhad
Semerbak wangi kembang jeruk mengundang harum muskus
Nasib sang agas mencampakkan dirinya ke dalam nyala pelita
Derita sang agas dinyatakan oleh cinta
Pensil Sang Pribadi melukis ratusan kekinian
Agar menjelma ajar masa depan
Nyalanya membakar ratusan Ibrahim
Agar berkilauan lampu seorang Muhammad
Subyek,obyek, cara, sebab-musabab
Seluruhnya ada bagi tujuan amal
Sang pribadi bangkit, menyala, jatuh, cemerlang, dan bernafas
Membakar, menyinar, berjalan dan lari terpental
Meluaskan ruang waktunya
Dan keabadian semakin melunasi ujudnya
Dia tidur beralaskan tikar ilalang
Malamku lebih panas dari sebuah pagi di padang Mahsyar
Dialah awan berarak bulan April dan akulah tamannya
Pohon anggurku diselimuti hujan
Kusemaikan mataku di padang cinta
Dan aku nikmati buahnya yang dahsyat
Hingga tanah Madinah paling indah tiada duanya
Ah, berbahagialah kota yang dimukimi oleh Yang Tercinta
Tenggelam aku menakjubi gaya bahasa Maulana Jami
Sajak dan prosanya menjadi obat bagi masa mudaku
Bertebaran dari tangannya sajak cinta indah memikat
Dan dirangkainya kalung mutiara seolah memuja Mustafa
Muhammad adalah pendahulu alam semesta
Seluruh dunia berbakti kepadanya sebagai tuan mereka
Pancaran kaifayat dari anggur cinta yang sejati
Dan sifat cinta adalah patuh sepatuh-patuhnya
Seperti orang suci dari Bistam yang amat taat
Yang selalu berpuasa dari makanan lezat
Wahai sang asyik, berbaktilah engkau kepada Muhammad
Agar engkau dapat menangkap Tuhan
Bersemayamlah sekejap di Hira kalbumu
Tinggalkan dirimu dan hijrah kepada Tuhan
Setelah engkau mendapat kuasa-Nya kembalilah lagi kepada dirimu
Hancurkan kepala berhala Lat dan Uzza
Himpunlah bala serdadu dengan kekuatan Cinta
Ujudkan pribadimu di Bukit Faran Cinta
Agar Tuhan dari Ka'bah melimpahkan anugerah-Nya bagimu
Dan terbukalah makna ayat: Inni ja'ilun--
Sesungguhnya akan kuciptakan kalifah-Ku di muka bumi.

Baca selengkapnya.....

Pembuat Diri Sendiri Dan Pembuat Sejarah

Sunday, September 06, 2009




Ada dua tipe manusia di dunia ini: tipe pembuat diri sendiri dan tipe pembuat sejarah. Tujuan tipe pertama adalah melayani diri sendiri, sementara tujuan tipe kedua adalah melayani kemanusiaan secara keseluruhan.

Perhatian tipe pertama berkisar sekitar dirinya sendiri. Dia mondar-mandir sekitar wilayah yang merupakan kesenangan sendiri yang harus dilayani; ketika tidak ada keuntungan yang dapat diperoleh, dia tidak akan memperdulikannya. Hatinya akan terbang dengan kesenangan bila dia ditempatkan untuk mengambil keuntungan, tetapi jika tidak ada sesuatu yang bisa di dapat, tidak akan ada kesenangan yang muncul pada dirinya. Keuntungan pribadi adalah yang paling utama dalam pikirannya; dia akan berkorban untuk mendapatkannya. Dia tidak berpegang baik pada janji maupun prinsip. Bebas dari pengaruh kebutuhan moral dan rasa kemanusiaan, dia dapat melakukan apa saja untuik mengejar tujuannya sendiri. Semua pertimbangan dari luar dirinya tidak berarti sama sekali, sehingga tanpa rasa peduli dia memburu hasrat pribadinya sendiri.

Lain halnya tipe kedua, yakni seorang pembuat sejarah. Dia akan keluar dari bingkainya sendiri. Dia hidup bukan hanya untuk dirinya sendiri tetapi untuk tujuan yang lebih tinggi. Baginya, prinsip adalah segala-galanya, bukan keuntungan. Dia tidak perduli apakah dia sendiri akan untung atau rugi. Hal yang penting baginya, bahwa cita-citanya harus diikuti. Manusia tipe ini seakan-akan melepaskan dirinya dari dirinya sendiri, dan menancapakan bendera bagi kebutuhan kemanusiaan secara total.

Untuk menjadi pembuat sejarah ada satu hal yang harus dilakukan: dia harus berhenti menjadi pembuat diri sendiri. Secepat seseorang menghapus kepentingan dirinya sendiri, dia menjadi cepat mampu membangun masa depan kemanusian.

Orang seperti inilah yang semestinya membentuk sejarah manusia. Mereka, dari kebebasannya berkehendak demi diri sendiri, mempunyai perhatian kepada kemanusiaan. Mereka merasa tidak mempunyai hak untuk dijaga. Mereka hanya merasa mempunyai tanggungjawab yang akan mereka penuhi dengan harga berapapun bagi mereka sendiri. Sungguh, manusia tipe kedua inilah yang akan abadi namanya dalam catatan sejarah. Ia tidak akan lapuk oleh ganasnya gelombang zaman.


Baca selengkapnya.....

Free Inspiration Poetry: RAHASIA PRIBADI oleh Muhammad Iqbal

Wednesday, July 29, 2009



Kala matahari memancar cerah ke alam semesta
Tercurah ke dalam malam bagai maling
Air mataku mengembun pada wajah mawar
Tangisku menyentak kantuk dari bunga nargis
Gairahku membangunkan rerumputan yang bertumbuhan kian tinggi
Tukang kebun mengajar aku mengalunkan lagu kekuasaan
Disemaikannya sebuah sajak serta dipanennya sebilah pedang
Di dalam tanah hanya bibit airmataku yang dia tanam
Dan dia tuntun keluh kesahku bersama taman bagai benang dan alat tenun

Meskipun aku hanya debu, namun sinar mentari adalah milikku:
Dari cakrawala dadaku ini terbit ratusan fajar
Debuku paling kemilau dari kilau piala Jamsid
Yang mengetahui segala peristiwa sebelum sampai ke dunia ini
Namun harapku terus memburu, dan di plana kudaku
Tergantung seekor kijang
Yang masih terkurung dalam kubah fenomena
Keelokan tamanku meski belum hijau kemilau daunnya
Telah dipenuhi kuntum mawar, mekar tersembunyi di antara lipatan baju
Maka aku jadikan para penyanyi diam membisu bila mereka duduk bersama
Aku getarkan senar kalbu mereka yang tengah menyimak diriku
Karena gitar ajaibku mengalirkan irama paling murni:
Namun bagi kawanku senandung iramaku itu teramat asing

Aku lahir ke dunia ini sebagai matahari baru
Aku tak tahu jalan dan gaya angkasa
Dan bintang-bintang tak ingin lari
Mereka berlesatan di hadapan diriku
Padahal air perakku belum berkilau
Dan sinarku yang menari-nari itu belum pula menjamah samudera
Pun warnaku yang merah tua belum pula menyaput gunung-gunung
Karena mata kejadian belum mengenal aku
Maka aku belum dapat berdiri setegaknya,
kebimbangan menggoyangku
Dari ufuk timur fajar bagiku tiba mengedari malam
Embun kemilau bersemayam di wajah mawar dunia
Aku menunggu kebangkitan yang asyik-masyuk atas sinar fajar
Ah, betapa gembira mereka yang hendak memuja apiku!
Tapi aku tak menghendaki telinga zaman sekarang
Akulah suara penyair dari dunia masa depan
Karena zamanku tak pernah memahami maksudku
Yusufku bukan sarana bagi pasar ini
Putus harapanku dengan kawan-kawan lama
Gunung Sinaiku menyala bagi Musa masa depan

Samudera mereka diam tenang seperti embun
Tapi embunku gelisah laksana badai topan
Laguku dari semesta yang lain bukan seperti senandung mereka
Gentaku ini memanggil musafir yang lain, ayo kawan, ikut tamasya
Berapa banyak penyair setelah ajalnya membuka mata
Sedangkan kita terkatub selamanya setelah mati
Dan terus ngembara dalam keniscayaan
Bila menguntum atas kuburnya
Meskipun para kafilah melintas di padang pasir ini
Langkah mereka demikian lembut bagai unta menapak
Tapi aku adalah seorang pencinta: imanku bergaung melambai
Tepuk gempita Hari Pertimbangan masuk kekasihku
Laguku melampau jarak dari bunyi dawai musikku
Namun aku tak takut gitarku pecah berantakan
Bagi titik air lebih baik tak mengenal arusku yang menggelombang
Apabila dia menggila menjelma laut mabuk kepayang
Tak ada lagi yang melingkup teluk Persia
Air bahku minta laut demi laut melingkupnya
Apabila putik bunga tak bermekaran jadi taman mawar
Tak patut dia tumbuh dari limpahan awan gemawanku yang mengandung hujan
Kilat demi kilat bersemayam dalam jiwaku
Kusapu gunung dan padang
Terimalah kilatku jika kau gunung Sinai
Telah dianugerahkan pada diriku kehidupan abadi

Akulah murid dari kegaiban hidup sejati
Bahkan sebutir abu pun akan hidup oleh nyala api laguku
Dia lepaskan sayapnya, maka dia menjelma kunang-kunang
Tak seorang pun pernah membisikkan rahasia yang kuceritakan ini
Atau mengumpulkan mutu di atas mutu gagasan seperti ini
Kemarilah, jika engkau ingin mengetahui rahasia kehidupan abadi
Kemarilah, jika engkau ingin langit dan bumi
Guruku yang purba dari langit telah memberi ilmunya pada diriku
Tak dapat kurahasiakn dia dari kawan-kawanku
Wahai Saqi, penuang anggur! Tuangkan anggur dalam piala
Hapuskan desakan waktu dari hatiku!
Anggur kemilau mengalir dari pusat kesucian zamzam
Andaikan dia seorang pengemis, namun raja akan menghormati dirinya
Dijadikannya perasaan semakin bijaksana dan sederhana
Dijadikannya mata yang tajam agar semakin awas memandang
Dijadikannya ilalang seberat gunung
Dan dianugerahkannya tenaga singa jantan pada seekot kancil
Karenanya pula maka abu terbang hingga ke bintang surya
Dan setitik air menjelma samudera luas
Didengungkannya kesunyian jadi gemuruh hari pertimbangan
O, Saqi! Tuangkan anggur murni ke dalam pialaku!
Tuangkan sinar El Qomar dalam kegelapan malam anganku
Biar kubimbing si pengembara pulang ke rumahnya
Akan kuhiasi sang pelamun dengan kegelisahan pencarian demi pencarian
Agar dia menjadi terkenal sebagai seorang pembaru
Dan mata mereka yang buram akan bening berkilatan
Dan bagai irama merdu yang bertenggelaman ke dalam telinga dunia
Meluhurkan kembali ketinggian syair
Dan curahan airmataku menyegarkan rumput-rumput kerontang
Jalaluddin Rumi Sang Sufi Sejati telah mengilhami diriku
Maka aku kembali membaca buku tertutup yang diliputi hikmah
Dan kepenuhan rahasia itu
Jiwanya adalah sumber api berkobaran
Sedang aku cuma bara kekaguman yang menyala jadi api

Yang terbakar oleh pelitanya, aku si agas itu
Anggurnya memenuhi pialaku
Rumi mengubah tanahku jadi emas permata
Lalu merias abuku dengan Keindahan

Dan butir pasir ini berasal dari gurun
Dia datang untuk mendapatkan sinat berkilauan matahari
Akulah gelombang yang menyatu dengan lautnya
Kujadikan mutiara milikku penuh kilau
Anggur lagunya membuat diriku mabuk kepayang
Dan kuhidupi diriku dari nafas kata-kata

Malam
Hatiku nyaris tenggelam dalam pusaran keluh kesah
Kesunyian ditingkah oleh tangisku kepada Ilahi
Aku ratapi derita sengsara dunia ini
Dan aku merana tatkala pialaku telah kosong
Akhirnya kantuk memperdayaku, aku tak kuasa lagi, akupun tertidur
Maka, aku bermimpi sang guru yang datang dari ufuk Hakikat

Dia yang menulis masnawi dari Persia
Berkata: " Wahai, sang pencinta mesra, minum seteguk anggur Cinta
Dengungkan dawai kalbumu
Benamkan kepala dipinggir piala ini
Jadikan tawamu sumber segala keresahan
Jadikan hati manusia berdasar dari air matamu!
Akan berapa lama lagi engkau berdiam diri seperti putik bunga?
Pancarkan aroma wangimu seperti mawar!
Jika lidahmu terikat engkau akan menderita
Lemparkan dirimu ke dalam api laksana damar!
Bagai genta membahana pecahkan kesunyian ini
Dan dari seluruh bagian tubuhmu wujudkan pribadimu
Kaulah api!
Ramaikan dunia ini dengan nyalamu
Kobarkan yang lain dengan cahayamu
Hidupkan kembali rahasia Sang Penjual Anggur

Kau adalah gelora anggur dan piala kristal jubahmu
Mari, pecahkan cermin ketakutan
Pecahkan botol dan buli-buli di pasar
Seperti peniup buluh perindu, tiup pesanmu dengan serulingmu itu
Layangkan kabar kekasih untuk Majnun dari Laila
Ciptakan irama baru bagi lagumu

Meriahkan pesta raja dengan alun suaramu
Bangkitlah!
Hidupkan kembali seluruh ruh yang hidup
Bangkitlah!
Dan bergegas dengan langkah-langkah berjiwa
Berjalan tegak lalu arahkan langkahmu ke jalan yang lain
Enyahkan segala kemesraan romantika lama
Karibkan dirimu dengan kenikmatan bersenandung
Wahai genta kafilah gemakan suaramu!"

Dari rangkaian kata yang mengalir ini dadaku terang bercahaya
Perasaanku dipenuhi keharuan bersama tiupan seruling
Bangkitlah!
Aku bagaikan irama musik dari dawai-dawai kecapi
Yang menghadirkan taman firdausi bagi tiap telinga
Dan kusingkap tabir rahasia pribadi ini
Yang maujud dalam kesejatian hikmah

Aku adalah sebentuk arca belum sempurna
Tak jelas ujudku, tak bernilai tak pula punya mutu
Namun Cinta memahat pribadiku: Aku jadi manusia
Hingga akhirnya aku koyak tabir rahasia kehidupan
Dan aku menyuling rahasia tata hidup ini dalam laboratorium Penjadian
Aku serahkan keindahan kepada malam seperti bulan
yang asalnya adalah titik debu yang berbakti kepada dinul-Islam
Iman menghampar di lembah dan ngarai
Iman menyalakan api nyanyi tak surut
Disemaikannya sebutir zarrah dan dipungutnya matahari
Dipetiknya ratusan penyair seperti Rumi dan Attar
Akulah kecemasan: Aku akan menjulang ke langit raya!

Akulah nafas, tapi aku percik api
Dari keluhuran Cinta
Penaku menulis rahasia seluruh misteri ini
Hingga setitik air menjelma samudera
Dan sebutir pasir menjelma gurun Sahara
Bukan sekedar bersajak saja masnawiku ini
Semata memuja keindahan dan berkasih-kasihan, bukan itu tujuanku
Sebab aku muslim! Bahasa Persia bukan bahasa ibuku

Aku cuma seperti bulan sabit: pialaku tak penuh
Tak akan kau temukan pesona gaya dalam diriku
Jangan kau cari Khansar dan Isfahan pada diriku
Meskipun bahasa Urdu semanis madu
Namun lebih manis bahasa Persia
Ruhku takjub akan keindahannya
Penaku jadi sebatang ranting dalam hutan terbakar
Oleh keluhuran cita-citaku
Hanya bahasa Persia layak baginya
Pembaca, jangan cari kesalahan pada piala anggur
Tapi temukan cita rasa anggur dalam piala itu.

Baca selengkapnya.....

Kehendak dan Gairah: Puisi Inspirasi dari Muhammad Iqbal

Wednesday, July 15, 2009

Hidup ini dikekalkan oleh tujuan
Karena tujuan pula maka genta kafilah berbunyi
Hidup terpendam dalam pencarian
Asalnya tersembunyi dalam gairah
Nyalakan gairah kau dalam hati riang gembira
Jelmakan debumu sebesar monumen kenangan
Gairah adalah ruh dunia ini dari warna-warni wangiannya
Seluruh kesucian merupakan kepatuhan akan gairah
Yang hendak menarikan hati dalam dada
Diberinya tenaga dahsyat bagi bumi
Gairah adalah Khidir bagi Musa pemilik 'irfan
Hati menyerap hidup dari nyala gairah
Dan bila direnggutnya maka patahlah sayapnya
Lemah tak berdaya dan tak kuasa terbang tinggi
Gairah adalah gerak pribadi
Gairah adalah ombak keglisahan dari samudera sang pribadi
Gairah adalah jaring yang menjala cita-cita
Penjilid buku amal perbuatan
Meninggalkan gairah berarti kematian bagi hidup sejati
Seperti redup nyala mematikan api

Apakah sumber dari mata kita yang senantiasa waspada?
Kenikmatan penglihatan adalah sanggup menghadirkan bentuk yang nyata
Kaki burung merak terjelma dari keindahan langkahnya
Paruh burung bulbul mewujud dari kegairahan nyanyinya
Ilalang yang memisahkan diri dari rumpun akan mendesir gembira
Sedang lagu melepaskan diri dari penjaranya

Mengapa ruh berhasrat ingin mencari sesuatu yang baru
Dan ingin mendaki keluasan langit?
Tahukah engkau apa yangh menyebabkan mukjizat ini?
Itulah semata gairah yang memperkaya hidup ini
Dan akal budi adalah anak dalam rahimnya
Apa itu organisasi sosial, adat istiadat, dan undang-undang?
Langit gelombang abu dipertemukan jalannya
Dari pohon mawar, dunia melimpah kedalam mawar
Malam terjelma karena tidur, hari lahir karena terjaga
Dibaginya nyala dalam bara
Dan diajarkannya mereka yang budiman memuja kesulitan hidup
Berpancaran dirinya untuk sementara dan dijadikannya tumpukan pasir
Lalu dia akan menyatu kembali menjadi gunung-gunung
Inilah fitrah sang pribadi yang hendak menjelmakan dirinya:
Dalam tiap zarah bersemayam kuasa sang pribadi
Kodrat yang belum mewujud dan tersembunyi
Membelenggu sifat-sifat yang akan mengeluarkan amal
Laksana hidup dialam semesta yang lahir dari kodrat-iradat
Sang Pribadi

Hidup setara dengan kekuatan ini
Apabila setitik air menghafal ajaran sang pribadi
Ditunjukkannya peristiwa kosong ini menjadi mutiara
Anggur tak akan membentuk sebab pribadinya lemah
Tapi karena piala maka anggur mengambil bentuknya
Namun banyak utang budinya pada kita untuk geraknya

Apabila gunung hilang padunya, dia akan menjadi tumpukan pasir
Dan mengeluh, lautan melingkupinya
Tapi ombak selamanya terus menjadi ombak dalam lautan
Ombak tetap jadi penunggang punggung lautan
Cahaya selamanya tetap jadi peminta-minta sejak mata mulai melihat
Dan bergerak kian kemari mencari yang indah
Tetapi sebagaimana rumput yang mencari cara dalam pertumbuhan dirinya
Angan-angannya ingin memecah dada sang tamansari
Pelita juga memadukan dirinya
Dan menghimpun pribadinya dari gugusan zarrah
Lalu dipamerkannya kebiasaannya menghancurkan diri sendiri
Dan lari dari dirinya
Sampai akhirnya meleleh dia dari matanya sendiri, bagai airmata
Tidak akan dirinya menderita luka

Namun karena dia mengambil nilainya sendiri dari kehendak yang lain
Akhirnya sirnalah bahunya oleh gosokan benda yang lain itu
Oleh karena bumi berdasar kokoh atas kejadiannya sendiri
Bulan mengedarinya terus menerus
Ujud matahari lebih perkasa dari ujud bumi
Itulah sebabnya maka dunia mempesona bagi mata sang surya

Kesyahduan padang kemilau menangkap pandangan kita
Gunung kian dahsyat oleh keluhurannya
Bajunya ditenun dari serat api
Asalnya adalah bibit sejati

Bila kehidupan menghimpun tenaga dari sang pribadi
Sungai kehidupan akan meluas ke dalam samudera raya

Baca selengkapnya.....

Teguh Pribadi dengan Cinta: Puisi Inspirasi Muhammad Iqbal

Wednesday, July 08, 2009

Apabila pribadi diperkuat dengan cinta
Kekuatannya menguasai alam semesta
Kiai langit menghias langit dengan taburan bintang
Dipetiknya putik bunga dari dahan pribadi
Tangannya menjelma tangan Tuhan
Bulan pecah oleh jemarinya
Dialah yang akan mendamaikan setiap silang sengketa dunia
Petunjuknya dipatuhi oleh Darius dan Jamsid

Dengarlah. Akan kuceritakan riwayat Bu Ali Qalandar
Yang namanya termasyhur di daratan India
Dia yang mendendangkan taman bunga kepada kita
Dengan jubahnya yang berkebaran penuh kemilau
Berubahlah negeri bencana itu jadi taman firdausi
Suatu hari seorang santrinya yang muda berjalan-jalan ke pasar
Saat itu pula tampak gubernur kota tengah menunggang kuda
Para oengawal dan pemayung turut berkuda di sisinya
Pengawal yang di depan berseru kepada santri muda itu:
"Hai, orang gila. Enyahlah kau dari jalan Tuan Gubernur!"
Tapi, santri itu terus berjalan tanpa hirau dengan kepala menunduk
Tenggelam dalam bara api lamunannya
Lalu sang gubernur mengayunkan tongkat ke kepalanya
Sampai patah tongkat itu
Santri muda itu mengerang kesakitan sambil menyingkir ke tepi
Dia amat sedih, hatinya luka
Kemudian dia mendatangi Bu Ali masih dengan airmata kesedihan
Betapa terkejutnya sang Kiai mendengar peristiwa itu
Lalu dia perintahkan kepada juru tulisnya:
"Tulislah sepucuk surat kepada sang Sultan.
Katakan kepada beliau
Bahwa gubernur telah menganiaya seorang santriku
Karena dia telah menodai hidupnya dengan tabiatnya sendiri
Tangkap gubernur celaka itu
Jika tidak, maka kerajaanmu akan kuserahkan kepada orang lain."

Surat kiai itu sampai kepada Tuhan
Sultan menggigil ketakutan
Sekujur tubuhnya didera penderitaan
Wajahnya pucat pasi seperti matahari senjakala
Maka sultan pun menghukum gubernur tersebut
Lalu dia meminta ma'af kepada Bu Ali sang Sufi suci.
Maka sang sultan memilih Khusrau penyair terkemuka
Untuk menjadi wakilnya menghadap Bu Ali
Penyair berbakat selembut sinar rembulan itu
Datang kepada sang sufi seraya memainkan sitarnya
Syairnya yang mempesona itu sanggup meluluhkan hati sang sufi
Dan Bu Ali pun memberikan ma'af kepada sang sultan.

Syeh Ali berfatwa:
"Jangan lukai hati ulama dan sang sufi
Jangan lemparkan dirimu ke dalam nyala api kemungkaran."

Baca selengkapnya.....

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP