Showing posts with label pemimpin. Show all posts
Showing posts with label pemimpin. Show all posts

Disiplin Anak

Tuesday, September 15, 2009




Oranguta yang tidak mendisiplinkan anaknya mungkin berbuat begitu karena citra diri yang buruk. Dalam keluarga, citra diri buruk kerap kali dimanifestasikan dengan keengganan untuk mendisiplinkan anak. Orangtua menyembunyikan hal ini di balik topeng serba memperbolehkan. "Saya sangat mencintainya sehingga saya tidak bisa mencegahnya memiliki apa pun."

Sesungguhnya, oranguta sering merasa takut menyebabkan anak menarik diri atau menahan cintanya. Kebenaran yang patut disayangkan adalah bahwa hal ini sering menyebabkan orangtua kehilangan pengendalian dan bahkan kehilangan rasa hormat dan cinta. Anak kehilangan kepercayaan kepada orangtua dan rasa aman yang menyertai kesadaran tentang siapa yang memimpin. Segera citra diri anak juga rusak, dengan akibat yang luas.

Ini langkah pertama dalam kehilangan rasa hormat kepada wewenang yang akhirnya menyebabkan pemberontakan terhadap wewenang. Yang merupakan tragedi adalah bahwa banyak masalah bisa dihindari kalau orangtua dan guru tahu bagaimana cara mengenali tanda-tanda citra diri buruk. Tindakan anak jelas sekali mengatakan "perhatikan saya," "cintailah saya", "saya ingin kau memperdulikan apa yang saya lakukan!".

Para orangtua dan guru, kalau Anda mendisiplinkan anak itu, Anda mengatakan kepada si anak bahwa Anda sangat memperhatikan apa yang dia lakukan sehingga Anda memberlakukan pengaruh untuk mengarahkan apa yang dilakukannya.

ORANGTUA YANG MENYAYANGI ANAKNYA MELAKUKAN APA YANG PERLU DILAKUKAN, BUKAN APA YANG DIINGINKAN ANAK UNTUK DILAKUKAN.


Baca selengkapnya.....

Membuka Kunci Gerbang Menuju Sukses

Sunday, September 06, 2009




Seorang tamu berjuang dengan putus asa untuk membuka kunci, dia terus mencoba memutar dan memutarnya, mencoba menarik untuk membuka kunci, akhirnya kekesalannya memuncak. "Kunci ini rusak!", teriaknya kepada setiap orang yang mungkin mendengar. Kemudian dengan nafas yang tidak teratur dia memaki bahwa pemilik rumah bodoh dengan membeli kunci seperti itu. Selanjutnya dia marah kepada industri pembuat kunci yang memproduksi barang-barang yang jelek, tanpa perduli apakah berfungsi dengan baik atau tidak, dan tidak perduli apakah orang akan mendapatkan masalah atau tidak.

Pda waktu itu, dia (sang tamu tadi) kehabisan akal dan memutuskan untuk membuka pintu secara paksa dengan palu. Sebentar kemudian, pemilik rumah datang dan mencoba memasukkan kuncinya sendiri ke dalam gembok tersebut. "Oh maafkan saya!" dia berkata. "Aku sungguh lupa telah mengganti gembok ini dan sekarang aku ingat aku memberimu kunci yang salah". Kemudian dia memakai kunci yang sesuai, dan gembok langsung terbuka. Jadi kemarahan tamu tersebut telah tertahan dan dia tidak memperoleh apa-apa karena itu kecuali menenangkan dirinya daripada menghabiskan tenaga.

Betapa banyak sekarang ini orang Islam menemukan dirinya sendiri dalam keadaan sulit seperti itu. Mengetahui dirinya, mereka seakan berada dalam jalan buntu di belakang orang lain. Menemukan tempat yang sangat perlu untuk di masuki, mereka kesulitan. Bahkan mereka benar-benar tidak dapat menembusnya, karena jalan telah dikunci dengan gembok, sementara mereka memegang kunci yang salah. Zaman modern ini telah mengubah gembok pintu kehiduoan, tetapi mereka masih saja membawa kunci lama yang sama, berharap bisa menggunakannya dimana-mana, tidak memahami ketika kunci-kunci tersebut tidak bisa membuka gembok untuk kita, dan kemudian kita membuang-buang tenaga dalam kegusaran yang tidak berguna. Pertama-tama kita mengutuk si pembuat gembok, kemudian lingkungan. Tetapi itu semua tidak bermanfaat, karena kita tetap saja tidak dapat membuka gembok baru dengan kunci lama.

Pemimpin=pemimpin kita, dalam keputusasaan mereka, telah berpikir penuh untuk mengenali "musuh-musuh Islam" dan menyalahkannya--seakan-akan merekalah orang yang membuat gembok-gembok yang tidak bisa di buka itu. Namun di alam ciptaan Allah ini, tak ada sikap yang lebih bodoh dari hal itu. Disini, jika kita merasa dihalangi dan dirintangi, itu karena kita merasakan hukuman bagi kelalaian dan kekurangan kita sendiri. Di alam ini, sebagian besar petaka kita karena kesalahan kita untuk memenuhi standar pada masa itu. Sekarang, kita sadar betapa banyak kita tertinggal oleh modernitas, kita akan berada di posisi harus melenyapkan semua hambatan dari jalan kita. Kita harus menggunakan kunci yang tepat untuk membuka gerbang kehidupan, dan semua jalan masuk akan terbuka di depan kita.


Baca selengkapnya.....

About This Blog

Blog Archive

  © Blogger template The Professional Template II by Ourblogtemplates.com 2009

Back to TOP